Tahun 2010 an kira kira saya mulai ngeblog. Karena saat itu saya mulai menyukai aktifitas ngeblog maka saya sering membaca baca tutorial blog. karena seringnya saya membaca blog blog tentang tutorial blogging itulah saya mempunyai beberapa idola, seperti kang rohman dan mas haryanto, dimana blognya yang saya baca adalah berisi tentang dunia blog baik blogger maupun wordpress. Oleh karena itu lambat laun, saya hanya menulis artikel tentang blog, dan saya tidak bisa menulis selain tentang blog. Ini namanya gaya penulisan dan konten saya sudah dipengaruhi oleh blogger idola saya.

Atau mungkin saat saya dulu membaca bukunya Cak Nun saat masih muda, saya ingin bergaya seperti dia baik dalam pemilihan judul yang nyleneh dan kontroversi juga tulisan yang mengungkapkan bagaiamana seorang caknur berpikir. Namun ketika saya mencoba membuat tulisan seperti itu malah aneh ketika coba saya baca. Akhirnya saya mencoba untuk menulis dengan melepaskan gaya penulisan orang lain. Dan mungkin saat ini gaya tulisan saya ya seperti ini. Meskipun jelek buat orang lain, namun saya enjoy dalam menulisnya.

Sebuah kalimat motivasi yang saya gunakan pada saat menulis disini adalah “Setiap tulisan akan menemukan pembacanya” ya saya coba meresapi kalimat itu dan mencoba menerapkan pada blog blog yang kita punyai dan hasilnya wuss… Blognya sepi pengunjung hahahaha. Ndak masalah yang penting jika benar setiap tulisan akan menemukan pembacanya, yang harus saya lakukan hanyalah memperbanyak artikel di sini. Misalnya satu artikel tiap bulan bisa menemukan 5 pengunjung, kalau saya punya 1000 tulisan disini kan berarti bisa mencapai 5000 pengunjung tiap bulan hehehe. Ternyata sesimpel itu ya. Cuma masalahnya harus konsisten, untuk memposting. Untung ada kata motivasi diatas bahwa “setiap tulisan akan menemukan pembacanya” entah, siapa yang merangkai kata itu pda mulanya, saya berterima kasih untuk ungkapan yang penuh motivasi untuk saya itu. Jadi semoga walau dengan tulisan seperti ini para pembaca semua bisa menangkap pesan yang saya sampaikan dalam tulisan ini. Terima kasih.

Kita Tidak Harus Menjadi Dia Saat Menulis